Menghadang Radang Telinga


ANAK ANDA KERAP MENONTON TELEVISI DENGAN SUARA KERAS?
ITULAH SALAH SATU INDIKASI PENYAKIT GLUE EAR SEPERTI DIALAMI CYNTHIA VALENTINA. SEBANYAK 6,6 JUTA ORANG INDONESIA MENGIDAP PENYAKIT ITU.
 
Nina Lestari terperanjat melihat anaknya Cynthia Valentina (bukan nama sebenarnya) asyik menyaksikan televisi bersuara sangat keras sehingga memekakkan telinga. Padahal, Cynthia hanya berjarak 6 meter di depan kotak ajaib itu. Oleh karena itu, Nina bergegas mengambil remote dan mengecilkan volume suara televisi.
Semula Nina menganggap itu hanya keisengan bocah berusia 5 tahun. Namun, beberapa bulan berselang Cynthia kerap mengeluh tak bisa mendengar suara Nina ketika berbicara pelan. Makanya Nina harus mengeraskan suaranya ketika berkomunikasi dengan Cynthia. Dampak dari gangguan pendengaran itu, Cynthia yang duduk di barisan belakang di kelas harus bolak-balik ke depan untuk menyimak pelajaran.
 
Lem Telinga
Ibu 3 anak itu sangat khawatir sehingga membawa Cynthia ke dokter spesialis telinga, hidung & tenggorokan (THT) di Jakarta Selatan. Setelah memeriksa intensif, Dokter mendiagnosis Cynthia menderita glue aerOrang awam menyebutnya congek atau kapok. Lazim pula dikenal sebagai otitis media supuratif kronik (OMSK). OMSK merupakan infeksi telinga bagian tengah, biasanya disertai pengeluaran cairan dari liang telinga sehingga disebut supuratif. Disebut kronik jika penyakit ini hilang-timbul atau menetap selama 2 bulan atau lebih.
Menurut Dr. Maria Theresia Karnadi MS di Jakarta, radang telinga glue ear merujuk pada terjadinya penyumbatan cairan kental ditelinga bagian tengah. Akibatnya pendengaran penderita tergaggu. Penyebabnya beragam :
  1. Alergi
  2. Infeksi Kuman
  3. Kerusakan mekanis pada tubah auditorius-saluran penghubung antara telinga dan hidung.
 
Survei departemen kesehatan menunjukan kuman penyebab OMSK antara lain Staphylococcus aureus 26%, Pseudomonas aeruginosa 19,3%, Streptococcus epidermidimis 10,3%, gram positif lain 18,1%, serta kuman gram negatif lain sebanyak 7,8%.
 
Bahkan pada 2008 Chyntia harus menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di telinga. Lubang kecil sekitar 2-3 cm dibuat di gendang telinga. Setelah itu dimasukan grommet alias pipa kecil ke dalam lubang telinga yang telah dilubangi. Tujuannya untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk.
Grommets akan lepas sendirinya ketika gendang telinga tumbuh kembali, biasanya setelah 6-12 bulan. Toh, itu pun tak terlalu membantu pendengaran gadis kelahiran 14 fembruari 1994 itu.
Penderita yang mendapat infeksi telinga biasanya menderita infeksi saluran napas atau semisal influenza atau sakit tenggorokan. Antara hidung dan telinga dihubungkan oleh sebuah saluaran tubah auditorius. Jika infeksi di saluran atas tak diobati dengan baik bisa menjalar ke telinga.
 
ANTIBAKTERI
Pada januari 2009 seorang kerabat menyarankan Nina untuk memberikan ekstrak teripang kepada Chyntia. Karena pengobatan yang selama ini dijalani belum membuahkan hasil, Nina menuruti saran itu. Chyntia pun rutin mengkonsumsi 1 sendok makan ekstrak teripang 3 kali sehari. Sebagai tambahan, ia juga mengkonsumsi 10 tablet spirulina 2 kali sehari.
Sebulan kemudian, kondisi tubuhnya kian fit dan pendengarannya pun membaik. Kandungan Gizi teripang yang lengkap memebuatnya ampuh membangun kekebalan tubuh dan memberantas bakteri. Sebut saja 9 jenis karbohudrat, 19 jenis asam amino, 25 komponen vitamin, 59 jenis lemak, 5 jenis sterol dan 10 jenis mineral.
 
Itu diperkuat oleh hasi riset dari Prof. Ridzwan Hashim dari universitas kebangsaan Malaysia bahwa teripang Bohadsia argus, Holoturia atra dan S. scabra berefek anti bakteri. Musababnya menurut Ridzwan namako-sebutan teripang di Jepang-mengandung phosphate buffered saline yang ampuh menghambat pertumbuhan bekteri gram positif dan gram negatif. Berkat itulah kini Chyntia tak perlu mengeraskan volume televisi yang membuat pekak telinga penghuni rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar